10 Kelemahan Manusia
5/27/2012
Dalam hidup ini kita seringkali membuat berbagai kesalahan. Apa saja
kesalahan-kesalahan yang sering dibuat tapi berakibat fatal? simak
artikel berikut ini dan Check it out!
1. Menyalahkan orang lain
Itu penyakit P dan K, yaitu Primitif dan Kekanak-kanakan. Menyalahkan
orang lain adalah pola pikir orang primitif. Di pedalaman Afrika, kalau
ada orang yang sakit, yang Dipikirkan adalah : Siapa nih yang nyantet?
Selalu “siapa” Bukan “apa” penyebabnya. Bidang kedokteran modern selalu
mencari tahu “apa” sebabnya, bukan “siapa”. Jadi kalau kita berpikir
menyalahkan orang lain, itu sama dengan sikap primitif. Pakai koteka aja
deh, nggak usah pakai dasi dan jas.
Kekanak-kanakan. Kenapa? Anak-anak selalu nggak pernah mau disalahkan.
Kalau ada piring yang jatuh,” Adik tuh yang salah”, atau “mbak tuh yang
salah”. Anda pakai celana monyet aja kalau bersikap begitu. Kalau kita
manusia yang berakal dan dewasa selalu akan mencari sebab terjadinya
sesuatu.
2. Menyalahkan diri sendiri
ilustrasi menyalahkan sendiri
Menyalahkan diri sendiri bahwa dirinya merasa tidak mampu. Ini berbeda
dengan MENGAKUI KESALAHAN. Anda pernah mengalaminya? Kalau anda bilang
tidak pernah, berarti anda bohong. “Ah, dia sih bisa, dia ahli, dia
punya jabatan, dia berbakat dsb, Lha saya ini apa ?, wah saya nggak bisa
deh. Dia S3, lha saya SMP, wah nggak bisa deh. Dia punya waktu banyak,
saya sibuk, pasti nggak bisa deh”. Penyakit ini seperti kanker, tambah
besar, besar di dalam mental diri sehingga bisa mencapai “improper
guilty feeling”.
Jadi walau yang salah partner, anak buah, atau bahkan atasan, berani
bilang “Saya kok yang memang salah, tidak mampu dsb”. Penyakit ini
pelan-pelan bisa membunuh kita. Merasa inferior, kita tidak punya
kemampuan. Kita sering membandingkan keberhasilan orang lain dengan
kekurangan kita, sehingga keberhasilan orang lain dianggap Wajar karena
mereka punya sesuatu lebih yang kita tidak punya.
3. Tidak punya cita - cita / goal
Buku membahas cita - cita
Kita sering terpaku dengan kesibukan kerja, tetapi arahnya tidak jelas.
Sebaiknya kita selalu mempunyai target kerja dengan milestone. Buat
target jangka panjang dan jangka pendek secara tertulis. Ilustrasinya
kayak gini : Ada anjing jago lari yang sombong. Apa sih yang nggak bisa
saya kejar, kuda aja kalah sama saya. Kemudian ada kelinci
lompat-lompat, kiclik, kiclik, kiclik. Temannya bilang: “Nah tuh ada
kelinci, kejar aja”. Dia kejar itu kelinci, wesss…., kelinci lari lebih
kencang, anjingnya ngotot ngejar dan kelinci lari sipat-kuping (sampai
nggak dengar / peduli apa-apa), dan akhirnya nggak terkejar, kelinci
masuk pagar. Anjing kembali lagi ke temannya dan diketawain.
“Ah lu, katanya jago lari, sama kelinci aja nggak bisa kejar. Katanya lu paling kencang”.
“Lha dia goalnya untuk tetap hidup sih, survive, lha gua goalnya untuk fun aja sih”.
Kalau “GOAL” kita hanya untuk “FUN”, isi waktu aja, ya hasilnya Cuma terengah-engah saja.
4. Mempunyai GOAL, tetapi 'ngawur' pencapaiannya
Teachable
Biasanya dialami oleh orang yang tidak “teachable”. Goalnya salah, fokus
kita juga salah, jalannya juga salah, arahnya juga salah. Ilustrasinya
kayak gini : ada pemuda yang terobsesi dengan emas, karena pengaruh
tradisi yang mendewakan emas. Pemuda ini pergi ke pertokoan dan mengisi
karungnya dengan emas dan seenaknya ngeloyor pergi. Tentu saja ditangkap
polisi dan ditanya. Jawabnya : Pokoknya saya mau emas, saya nggak mau
lihat kiri-kanan.
5. Mengambil jalan pintas (short cut)
Jangan jalan pintas !!!!
Keberhasilan tidak pernah dilalui dengan jalan pintas. Jalan pintas
tidak membawa orang ke kesuksesan yang sebenarnya, real success, karena
tidak mengikuti proses. Kalau kita menghindari proses, ya nggak matang,
kalaupun matang ya dikarbit. Jadi, tidak ada tuh jalan pintas. Pemain
bulutangkis Indonesia bangun jam 5 pagi, lari keliling Senayan,
melakukan smesh 1000 kali. Itu bukan jalan pintas. Nggak ada orang yang
leha-leha tiap hari pakai sarung, terus tiba- tiba jadi juara bulu
tangkis. Nggak ada! Kalau anda disuruh taruh uang 1 juta, dalam 3 minggu
jadi 3 juta, masuk akal nggak tuh? Nggak mungkin!. Karena hal itu
melawan kodrat.
6. Mengambil jalan terlalu panjang dan terlalu santai
Ilsutrasi jalan terlalu panjang
Analoginya begini : Pesawat terbang untuk bisa take-off, harus mempunyai
kecepatan minimum. Pesawat Boeing 737, untuk dapat take- off,
memerlukan kecepatan minimum 300 km/jam. Kalau kecepatan dia cuma 50
km/jam, ya Cuma ngabis-ngabisin avtur aja, muter-muter aja. Lha kalau
jalannya, runwaynya lurus anda cuma pakai kecepatan 50 km/jam, ya nggak
bisa take-off, malah nyungsep. Iya kan ?
7. Mengabaikan hal - hal yang kecil
Hal kecil jangan diabaikan
Dia maunya yang besar-besar, yang heboh, tapi yang kecil-kecil nggak
dikerjain. Dia lupa bahwa struktur bangunan yang besar, pasti ada
komponen yang kecilnya. Maunya yang hebat aja. Mengabaikan hal kecil aja
nggak boleh, apalagi mengabaikan orang kecil.
8. Terlalu cepat menyerah
Jangan tamppakkan bendera putih !
Jangan berhenti kerja pada masa percobaan 3 bulan. Bukan mengawali
dengan yang salah yang bikin orang gagal, tetapi berhenti pada tempat
yang salah. Mengawali dengan salah bisa diperbaiki, tetapi berhenti di
tempat yang salah repot sekali.
9. bayangan / memori masa lalu
Gunakan waktu seefektif mungkin
Wah puitis sekali, saya suka sekali dengan yang ini. Karena apa? Kita
selalu penuh memori kan ? Apa yang kita lakukan, masuk memori kita,
minimal sebagai pertimbangan kita untuk langkah kita berikutnya. Apalagi
kalau kita pernah gagal, nggak berani untuk mencoba lagi. Ini bisa
balik lagi ke penyakit nomer-3. Kegagalan sebagai akibat bayang-bayang
masa lalu yang tidak terselesaikan dengan semestinya. Itu bayang-bayang
negatif. Memori kita kadang- kadang sangat membatasi kita untuk maju ke
depan. Kita kadang-kadang lupa bahwa hidup itu maju terus. “Waktu” itu
maju kan ?. Ada nggak yang punya jam yang jalannya terbalik?? Nggak ada
kan ?
Semuanya maju, hidup itu maju. Lari aja ke depan, kalaupun harus jatuh,
pasti ke depan kok. Orang yang berhasil, pasti pernah gagal. Itu memori
negatif yang menghalangi kesuksesan.
10. Menghipnotis diri dengan kesuksesan semu
Biasa disebut Pseudo Success Syndrome. Kita dihipnotis dengan itu. Kita
kalau pernah berhasil dengan sukses kecil, terus berhenti, nggak
kemana-mana lagi.Sudah puas dengan sukses kecil tersebut. Napoleon
pernah menyatakan: “Saat yang paling berbahaya datang bersama dengan
kemenangan yang besar”. Itu saat yang paling berbahaya, karena orang
lengah, mabuk kemenangan. Jangan terjebak dengan goal-goal hasil yang
kecil, karena kita akan menembak sasaran yang besar, goal yang jauh.
Jangan berpuas diri, ntar jadi sombong, terus takabur.
Sudah saatnya kita memperbaiki kehidupan kita. Kesempatan terbuka lebar untuk siapa saja yang ingin maju.
Action may not always bring success, but there is no success without action.
“Usaha dan tindakan tidak selalu menghasilkan keberhasilan/ sukses,
tetapi… Tidak ada keberhasilan dan sukses TANPA usaha dan tindakan.”
0 Komentar
Admin berhak sepenuhnya menyaring komentar yang akan ditampilkan. Berkomentarlah secara bijak dan cerdas.