Mengapa Lantai Masjidil Haram Tidak Terasa Panas?
7/02/2012
Melakukan thawaf (memutari Kakbah) di malam dan siang hari memang
berbeda. Jika malam hari, cuaca cukup sejuk. Karenanya, orang sekitar
Mekkah jika ingin melakukan umrah biasanya dilakukan pada malam hari.
Begitu juga dengan warga di sekitar Kota Mekkah seperti Jeddah. Warga di
kota yang berlokasi sekira satu jam perjalanan dari Mekkah ini,
biasanya berangkat pada sore hari agar bisa salat Magrib berjamaah
sekaligus melakukan umrah.
“Kebiasaan orang di sini begitu. Agak aneh kalau berangkat ke Mekkah
untuk umrah pada pagi hari,” ucap guide MCH Jeddah, Sahe, yang sudah
tinggal 23 tahun di Arab Saudi.
Memang suhu di Mekkah belakangan ini cukup panas berkisar antara 40-42
derajat celsius. Bandingkan dengan Jakarta yang puncak panasnya berada
di kisaran 37 derajat celcius. Puncak panas biasanya terjadi pada pukul
15.00 waktu setempat. Setelah itu, terus menurun hingga malam hari.
Kru okezone sudah merasakan thawaf di malam dan siang hari. Memang
kondisinya sangat jauh berbeda. Jika malam hari, melakukan thawaf tidak
terlalu menguras tenaga.
Berbeda halnya jika thawaf dilakukan siang hari. Keringat sudah pasti bercucuran karena panas matahari yang menyengat.
Meski demikian yang Unik,
meski mengelilingi Kakbah tanpa alas kaki, namun telapak tidak terasa
panas sama sekali. Padahal tempat thawaf merupakan ruang terbuka, panas
matahari langsung menerpa lantai marmer.
Ini berberda dengan lantai di jalan hendak keluar dari pintu Marwah.
Saat berjalan, telapak kaki berasa sangat panas bak berjalan di atas
bara api. Kami berjinjit dan berlari kecil untuk menghindari panas
tersebut.
Lalu kenapa di lantai tempat thawaf dan di luar masjidil haram berbeda
180 derajat. Ini menimbulkan rasa penasaran. Salah satu ummal (cleaning
service) di Masjidil Haram, Udin (40), mengatakan di bawah Kakbah dan
tempat thawaf memang dipasang air conditioner agar telapak kaki peziarah
tidak melepuh, kepanasan.
Setelah membaca buku Sami bin Abdullah al Maghlouthm ‘Atlas Haji dan
Umrah’ dan sumber lainnya, barulah terungkap. Awalnya, tempat thawaf
tidak berubin marmer seperti saat ini. Dulu hanyalah hamparan pasir
lapang. Barulah pada masa Abdullah Ibnu Zubair. Ubinnya saat itu
bergaris lima meter dari Kakbah, hingga 1375 Hijriyah atau 1954 M di
masa Raja Abdul Azis sumbangan marmer terus berdatangan. Kini lantai
marmer untuk thawaf terbuat dari marmer kualitas terbaik yang mampu
menahan teriknya panas matahari.
Awalnya lokasi thawaf tidak seluas sekarang, terdapat bangunan di atas Maqam Ibrahim dan juga gerbang pintu masuk sumur Zamzam.
Pada masa Raja Faisal renovasi dilakukan melanjutkan periode Raja Saud,
di antaranya adalah pembongkaran bangunan di atas Maqam Ibrahim,
sehingga lokasi untuk thawaf lebih lebar dari sebelumnya.
Pada masa Raja Khalid, perluasan halaman untuk thawaf kembali
diperlebar. Gerbang menuju sumur zamzam dipindahkan ke dekat serambi
masjid sebelah timur. Karena itulah area thawaf menjadi lebih luas dari
3.298 meter menjadi 8.500 meter, seluruh bagian Masjidil Haram lama
menjadi tempat thawaf.
Kemudian, renovasi dilanjutkan pada masa Raja Fahd. Dibangunlah ruang
bawah tanah. Tak hanya itu, lantai bawah tanah juga dilengkapi dengan
pengatur udara AC. Pusat mesinnya dibangun di kawasan Ajyad. Air dingin
dialirkan di lantai bawah tanah berasal dari tempat yang sama.
Jadi wajar saja, jika lantai yang dipakai untuk tempat thawaf tidak
berasa panas sekalipun suhu udara sangat panas. Ini adalah bentuk
pelayanan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi terhadap jamaah yang setiap
tahun harus meninggalkan sanak keluarga di negara mereka demi
melaksanakan Rukun Islam ke-5.
sumber
1 Komentar
ReplyDeleteaircon service
With many years experience in aircon service, MCL Aircon Servicing motto is to deliver the quality aircon service to its customers and at affordable pricing.
to get more - https://mclaircon.com/
Admin berhak sepenuhnya menyaring komentar yang akan ditampilkan. Berkomentarlah secara bijak dan cerdas.