Sering dimintai petuah jelang UN, Ponari malah tak lulus SD
7/10/2012(Arrahmah.com) - Ponari
yang digiring menjadi 'dukun cilik' itu tidak lulus ujian nasional
(UN) Sekolah Dasar. Setelah namanya kondang sebagai pemilik "batu" yang
dianggap ajaib, Ponari memang sering bolos dan malas belajar. Dia juga
lebih sering bermain-main daripada pergi ke sekolah.
Ironisnya, banyak warga yang datang untuk meminta bantuan Ponari agar
lulus Ujian Nasional. Setiap tahunnya, menjelang UN puluhan orang
mendatangi rumah Ponari di Dusun Kedungsari Desa Balongsari Kecamatan
Megaluh, Jombang, ini. Mereka yakin pertolongan Ponari dan batu
bertuahnya akan membantu mereka lulus UN. Para pelajar ini datang
ditemani orang tuanya.
Mereka meminta agar pensil 2B dan penghapus, yang akan digunakan
untuk mengisi lembar jawaban UN, dicelupkan dalam air yang sudah diberi
tuah batu petir yang dimiliki Ponari. Metode pengobatan Ponari m
emang
mencelupkan batu ke dalam air, kemudian air itu diminumkan atau dibasuh
pada pasien.
Walau sering dimintai bantuan untuk lulus ujian, nyatanya Ponari
malah tidak lulus SD. Batu bertuah yang dimilikinya gagal menolong
Ponari untuk lulus SD. Ya, terang saja, batu mana bisa menolong.
Astaghfirullah…
Saat di puncak kejayaannya tahun 2009, Ponari malah sempat bolos satu
bulan. Ketika itu Ponari masih duduk di kelas III SDN Balonsari. Untuk
membujuk Ponari kembali bersekolah bukan soal mudah. Ponari khusus
dijemput Kepala Sekolahnya, Miharso, naik mobil Suzuki Katana. Miharso
pun harus menggendong Ponari ke dalam mobil. Ponari juga enggan diliput
wartawan. Dia juga enggan menerima pasien saat berada di sekolah.
Kalau begini, bagaimana mau lulus?
Kabar yang beredar, Ponari tak lulus karena malas dan kerap absen.
Kabar ini pun menjadi perbincangan ramai di desa Balongsari, Kecamatan
Megaluh, Jombang.
"Ia, desa ini geger dengan kabar ketidaklulusan Ponari,"
kata Subati,
seorang pegawai yang bekerja di kantor Camat Plandaan, saat dihubungi
merdeka.com, Senin (9/7/2012).
Subati mengatakan, kabar itu sudah mereka dengar sejak bulan Mei
lalu. Namun, Subati tidak mengetahui pasti kapan hasil UN itu diumumkan
pihak sekolah.
"Soalnya itu cuma kabar dari mulut ke mulut. Tetapi sudah jadi perbincangan ramai," jelasnya.
Saat namanya populer, puluhan ribu warga Jombang bahkan luar daerah
datang ke rumahnya untuk berobat. Dengan sebuah batu yang dipegangnya
kemudian dicelupkan ke air, lalu air itu diminum mereka yang sakit
diyakini bisa menyembuhkan penyakit si pasien.
Tapi ketenaran Ponari hanya sesaat. Parahnya, tidak diikuti pula
dengan prestasi belajar yang baik hingga akhirnya dia tinggal kelas dan
tetap menggunakan seragam SD.
Menurut Subati, saat ini tren orang berobat ke Ponari sudah redup.
Tak ada lagi warga yang berbondong-bondong ke rumahnya seperti pada
tahun 2009 silam.
"Saya dengar sih begitu, udah gak ada lagi yang berobat. Sudah sepi," ungkapnya.
Begitulah. Cerita tentang Ponari ini tiga tahun lalu itu pun
sebenarnya sudah mendapat kritikan. Berita yang berlebih-lebihan
tentang Ponari dinilai telah membuat opini yang menyesatkan dan
pembodohan terhadap publik–bahkan sejumlah ulama menyebutnya sebagai
perilaku syirik yang terjadi di tengah masyarakat.
Kiranya, dengan kasus di atas, lingkungan Ponari, utamanya lingkungan
rumah dan sekolahnya, menyadari, sehingga mampu memberi motivasi
positif yang mencerahkan. Tak lagi "membuka peluang" Ponari untuk
menjadi "dukun" yang justru bertolak belakang dengan fitrah dan perintah
Allah.
Jutaan anak Indonesia, seperti halnya Ponari, mestinya mendapat
pencerahan, bukan malah mengajarkannya pada perilaku musyrik, takhayul,
bid'ah dan khurafat. Sungguh ironis, anak-anak diajarkan mau lulus pergi
ke dukun, dan dukunnya yang masih SD pula, malah tidak lulus.
Anak-anak sejak dini harus diajarkan, jika mau sukses kudu usaha,
bedoa dan dekat dengan Allah. Bukan malah pergi ke dukun yang sang
dukunnya pun tak mampu menolong dirinya. Karena hanya Allah saja yang
bisa menolong dan membuat kita sukses–di dunia dan akhirat.
Sekali lagi, demi masa depan Indonesia yang bermartabat, maju dan
mendapat ridho Allah, jangan bodohi anak-anak dan bangsa ini dengan
perilaku yang tak sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
0 Komentar
Admin berhak sepenuhnya menyaring komentar yang akan ditampilkan. Berkomentarlah secara bijak dan cerdas.