Astronomi Dalam Al-Qur'an (3)
7/28/2012
MENGEMBANGNYA
ALAM SEMESTA
Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad
silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta
digambarkan sebagaimana berikut ini:
"Dan langit
itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar
meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)
Kata "langit", sebagaimana
dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur'an dengan
makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut
digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa
alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang
kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia,
Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara
teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan
mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan
menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan
teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa
bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam
semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain,
berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang".
Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa
alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada
saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an adalah firman
Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.
GARIS EDAR
Tatkala merujuk kepada matahari dan
bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit
atau garis edar tertentu.
"Dan Dialah
yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari
keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al Qur'an, 21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain
bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
"Dan
matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38)
Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al
Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut
perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa
yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar
yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih
17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit
dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya,
semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.
Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi
oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai
berikut:
"Demi
langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7)
Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di
alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar
bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini
mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran
yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing
seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan
keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet
juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.
Garis edar di alam semesta tidak hanya
dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan
luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama
pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang
lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah
galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling
bersentuhan.
Dapat dipastikan bahwa pada saat Al
Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi
canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula
pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah
mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi
lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan
tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Qur'an yang
diturunkan pada saat itu: karena Al Qur'an adalah firman Allah.
ATAP YANG
TERPELIHARA
Dalam Al Qur'an, Allah mengarahkan
perhatian kita kepada sifat yang sangat menarik tentang langit:
"Dan Kami
menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling
dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya." (Al Qur'an,
21:32)
Sifat langit ini telah dibuktikan oleh
penelitian ilmiah abad ke-20.
Atmosfir yang melingkupi bumi berperan
sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan. Dengan menghancurkan sejumlah
meteor, besar ataupun kecil ketika mereka mendekati bumi, atmosfir mencegah
mereka jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk hidup.
Atmosfir juga menyaring sinar-sinar dari
ruang angkasa yang membahayakan kehidupan. Menariknya, atmosfir hanya
membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar tak berbahaya dan berguna, - seperti
cahaya tampak, sinar ultraviolet tepi, dan gelombang radio. Semua radiasi ini
sangat diperlukan bagi kehidupan. Sinar ultraviolet tepi, yang hanya
sebagiannya menembus atmosfir, sangat penting bagi fotosintesis tanaman dan
bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian besar sinar ultraviolet kuat
yang dipancarkan matahari ditahan oleh lapisan ozon atmosfir dan hanya sebagian
kecil dan penting saja dari spektrum ultraviolet yang mencapai bumi.
Fungsi pelindung dari atmosfir tidak
berhenti sampai di sini. Atmosfir juga melindungi bumi dari suhu dingin membeku
ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270 derajat celcius di bawah nol.
Tidak hanya atmosfir yang melindungi
bumi dari pengaruh berbahaya. Selain atmosfir, Sabuk Van Allen, suatu lapisan
yang tercipta akibat keberadaan medan magnet bumi, juga berperan sebagai
perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam planet kita. Radiasi ini, yang
terus- menerus dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya, sangat
mematikan bagi makhuk hidup. Jika saja sabuk Van Allen tidak ada, semburan
energi raksasa yang disebut jilatan api matahari yang terjadi berkali-berkali
pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi.
Dr. Hugh Ross berkata tentang perang
penting Sabuk Van Allen bagi kehidupan kita:
Bumi ternyata memiliki kerapatan
terbesar di antara planet-planet lain di tata surya kita. Inti bumi yang
terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan keberadaan medan
magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk lapisan pelindung berupa radiasi
Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa. Jika
lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan mungkin dapat
berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang berkemungkinan
memiliki medan magnet adalah Merkurius - tapi kekuatan medan magnet planet ini
100 kali lebih kecil dari Bumi. Bahkan Venus, planet kembar kita, tidak
memiliki medan magnet. Lapisan pelindung Van-Allen ini merupakan sebuah
rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi.
Energi yang dipancarkan dalam satu
jilatan api saja, sebagaimana tercatat baru-baru ini, terhitung setara dengan
100 milyar bom atom yang serupa dengan yang dijatuhkan di Hiroshima. Lima puluh
delapan jam setelah kilatan tersebut, teramati bahwa jarum magnetik kompas bergerak
tidak seperti biasanya, dan 250 kilometer di atas atmosfir bumi terjadi
peningkatan suhu tiba-tiba hingga mencapai 2.500 derajat celcius.
Singkatnya, sebuah sistem sempurna
sedang bekerja jauh tinggi di atas bumi. Ia melingkupi bumi kita dan melindunginya
dari berbagai ancaman dari luar angkasa. Para ilmuwan baru mengetahuinya
sekarang, sementara berabad-abad lampau, kita telah diberitahu dalam Al Qur'an
tentang atmosfir bumi yang berfungsi sebagai lapisan pelindung.
Sumber
0 Komentar
Admin berhak sepenuhnya menyaring komentar yang akan ditampilkan. Berkomentarlah secara bijak dan cerdas.