Mak, Aku Rindu
3/26/2019
"Adiii, pulang! Mandiii"
"Ga mau maaa, masih mau maiiin"
Sore itu ketika melewati sebuah gang kecil dekat area kosan, aku mendengar percakapan antara anak dan ibunya. Intinya si ibu menyuruh anaknya pulang tapi si anak malah bandel 😂 aku tidak terlalu memperhatikan bagaimana kesudahannya, soalnya aku harus terburu-buru ke rumah teman yang kebetulan letaknya tak jauh dari kosanku. Tapi melihat kondisi seperti itu, hampir bisa dipastikan bahwa si anak setidaknya akan dicubit, dijewer, atau mungkin dipukul dengan sesuatu 😂
Sehabis isya tadi, aku berusaha menelpon ibuku, untuk sekadar berbicara menumpahkan rindu yang semakin bertambah setelah peristiwa di gang kecil tadi. Namun nomornya tak kunjung aktif. Oh iya, sampai tulisan ini dibuat, hape ibuku memang sering rusak. Jadi kadang cukup sulit menghubunginya, kecuali melalui perantara adikku yang sekarang sudah bisa mengoperasikan smartphone, atau ibuku yang menelpon duluan. Akhirnya aku mencoba wa adikku, namun last seen-nya tercantum seminggu yang lalu, hmm. Aku coba chat pun statusnya ceklis satu. Adikku sudah kelas 6 SD, dan sebentar lagi akan menghadapi ujian akhir. Jadi hapenya disita oleh bapak supaya bisa fokus belajar, dan baru dikasih setiap Sabtu-Minggu. Aku ingin mencoba menelpon bapak, tapiiii.. Entah kenapa niat itu ku urungkan. Jika teman-teman sering menyimak tulisanku sebelumnya mungkin tau jawabannya hehe. Ya sudahlah, kalau begitu ku luapkan saja rindu itu lewan tulisan di blog ini.
Aku termasuk salah satu anak yang lebih dekat dengan ibu daripada ayah. Entah karena ayah yang jarang di rumah atau akunya yang lebih suka cerita ke ibu. Ya, jika ada apa-apa aku selalu cerita ke beliau, bahkan tak jarang ibu yang bertanya duluan "Di sekolah tadi belajar apa nak? Tadi main kemana nak? Itu temannya siapa namanya nak?" Dari pertanyaan sederhana itu, aku bisa cerita panjang lebar. Dan syukurnya ibuku pendengar yang baik, tak pernah sekalipun memotong pembicaraanku, tatapan matanya yang lembut, senyumnya yang teduh, semakin membuatku ingin berlama-lama berbicara dengannya. Ibu memang paling mengerti dan tau tentang semua hal dalam diriku, bahkan hal-hal yang kusembunyikan dia juga bisa tahu. Aku pun tak berani berbohong dengannya, sebab nanti pasti bakal ketahuan juga, entah bagaimana caranya, percayalah dia adalah detektif yang handal 😂
Aku juga sering menangis di pelukan ibu, bahkan ketika terakhir bertemu lebaran tahun lalu pun aku masih menangis, rasanya legaaaa sekali. Ibuku adalah tempat ternyaman untuk menangis. Biasanya bahu atau dada ibu selalu basah kuyup karena jadi langganan dari air mata dan ingusku yang mengucur deras hahaha, tak ada kata jaim. Dia ibuku, dan aku bisa tumpahkan air mata itu sepuasnya. Oh iya tapi itu dengan catatan kalau di rumah tidak ada bapak. Soalnya jika di depan bapak, pantang hukumnya bagiku menangis. Aku akan dimarahi jika kedapatan menangis haha 😂
Semenjak hidup di tanah perantauan, aku harus berusaha menjadi kuat ketika jauh dari ibu. Bahkan aku tidak pernah berani memulai pembicaraan tentang kejadian buruk yang aku alami, sebelum ibuku yang bertanya lebih dulu, itu pun jika dipaksa. Aku tak ingin ibuku semakin khawatir dengan keadaanku. Aku harus bisa membuktikan padanya bahwa aku adalah bocah kecilnya kuat dan tangguh. Tak boleh cengeng dengan keadaan.
Semenjak hidup di tanah perantauan, aku harus berusaha menjadi kuat ketika jauh dari ibu. Bahkan aku tidak pernah berani memulai pembicaraan tentang kejadian buruk yang aku alami, sebelum ibuku yang bertanya lebih dulu, itu pun jika dipaksa. Aku tak ingin ibuku semakin khawatir dengan keadaanku. Aku harus bisa membuktikan padanya bahwa aku adalah bocah kecilnya kuat dan tangguh. Tak boleh cengeng dengan keadaan.
Mak, terima kasih atas segala perhatian dan kasih sayangmu. Benar kata orang, sampai kapanpun jasamu tak akan bisa terbayar dengan apapun, meskipun itu benda termahal yang ada di semesta ini. Semoga surga menjadi balasan terindah dari Allah untukmu. Maaf, sebagai anak sampai hari ini aku belum bisa membahagiakanmu, masih sering menyusahkanmu. Walaupun kalimat itu tak pernah terucap dari mulutmu, namun aku sadar masih banyak baktiku yang belum terlaksana. Sehat selalu ya mak, agar aku punya banyak kesempatan untuk membuatmu tersenyum. Seperti dulu mak sering berkata "Nah, itu baru jagoan mamak." Aku rindu kata-kata itu :')
Salam rindu, jagoan kecilmu yang tak lagi kecil.
0 Komentar
Admin berhak sepenuhnya menyaring komentar yang akan ditampilkan. Berkomentarlah secara bijak dan cerdas.