Tuhan, Palingkan Aku Darinya

11/23/2018

Ingin kembali? Jawabanku tegas dan bulat. Tidak. Aku tak akan lagi memberi kesempatan terhadap kesalahan yang sama terjadi berulang kali. Sudah cukup kurasa, penyesalan itu begitu pedih dan selalu datang di akhir.

Tapi tetap saja, bayangan kenangan itu selalu menghantui setiap hari, aku tak tahu harus berbuat apa. Jika disuruh memaksa untuk melupa, itu mustahil. Ibarat hati seperti kanvas, sedangkan kenangan itu bagaikan tinta. Semakin berusaha menghapus tinta yang sudah terlukis di atas kanvas, maka yang terjadi kanvas itu akan semakin rusak. Jadi, aku lebih memilih untuk membiarkan kenangan itu terlintas, bermain-main di pikiranku, lalu membuatku menangis sejadi-jadinya, kemudian perlahan hatiku akan membaik. Meskipun besoknya siklus itu terjadi berulang kali.


Kadang terbesit sejenak, sedang apa yang dia lakukan? Tertawa bahagiakah dengan pilihan barunya? Sedang bercengkerama membahas masa depan seperti yang dulu pernah ku lakukan bersamanya? Atau hanya sekadar obrolan ringan penumpah rasa rindu? Atau sesekali dia juga terbesit kenangan yang sama sepertiku? Ah betapa bodohnya aku bertanya seperti itu, dia sudah bahagia dengan pilihannya. Semakin aku bertanya, semakin membuat kanvas itu remuk dan kusut.

Tuhan, seandainya dulu aku benar-benar membatasi interaksiku dengannya, sebagaimana aku melakukan hal yang sama dengan wanita lain, mungkin tak akan begini kejadiannya. Seandainya aku tegas terhadapnya, menjaga jarak dan tidak berlebihan menanggapi perasaannya, mungkin tak akan berakhir seperti ini. Tapi ya sudahlah, penyesalan tak ada gunanya. Air mata darah pun tak akan mengubah apa yang sudah terjadi. Saat ini tugasku adalah menerima bahwa kenyataan itu sudah terjadi, kenyataan yang dulu selalu ku waspadai firasatnya, Aku paham ini semua adalah teguran-Nya atas segala maksiat yang ku perbuat. Aku lebih mencintai makhluk-Nya ketimbang diri-Nya. Aku lebih mengutamakan dia daripada Dia. Aku sudah melanggar batasan-batasan syar'i yang sudah kupahami sejak lama, namun tetap saja terjebak dalam talbis iblis yang bernama "I love you."

Tuhan, perbaikilah hatiku, Engkau Maha Pembola-Balik Hati. Sembuhkan diriku, jangan biarkan aku terlarut dalam perasaan yang kacau ini. Aku percaya, ketetapan-Mu lebih indah daripada rencana dan anganku. Aku percaya kesalahan ini adalah pelajaranku untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi. Aku percaya, di ujung sana ada keindahan yang sedang menanti untuk ku jemput, meski saat ini aku harus tertatih.

Aku percaya, semua akan indah pada waktunya.
Karena takdir-Mu pasti selalu baik
Meski terkadang perlu air mata untuk menerimanya.
Mudahkanlah, Tuhan.

You Might Also Like

0 Komentar

Admin berhak sepenuhnya menyaring komentar yang akan ditampilkan. Berkomentarlah secara bijak dan cerdas.

Follow Me