Yuk Belajar dari Elang
2/19/2016Kawan, mari kita memandang hidup ini sebagai persembahan yang terbaik. Tidak ada suatu hal yang terjadi sia-sia dan mengalir begitu saja. Semua pasti ada tujuannya, pasti ada maksudnya. Mungkin kita pernah mengalami masa lalu atau pengalaman buruk yang sangat tak menyenangkan. Dan tahukah kamu? Keburukan itu terjadi justru karena kita yang melihat dari sudut pandang yang sempit. Kita sendiri yang menganggap bahwa kejadian itu adalah yang buruk,
Coba deh, kita melihat ke sisi yang lain, kita akan menemukan pemandangan yang sangat jauh berbeda. Tak seperti yang dibayangkan sebelumnya, trust me hehe.
Kawan, kita tidak diwajibkan untuk terus menerus menjadi orang yang selalu tersenyum tanpa menampakkan wajah sedih. Karena bahagia itu sejatinya terletak di hati, bukan hanya terpampang di wajah.
Pernah melihat mata air? Setiap tetes air yang keluar dari tempat itu tahu kelak mereka harus mengalir kemana. Loh memangnya kemana? Kemana lagi kalau bukan ke lautan kan?
Meskipun mereka harus melalui anak sungai, belokan, daerah kali yang jorok dan keruh, danau, dan muara sekalipun. Mereka tetap yakin kalo perjalanan mereka bukanlah tanpa tujuan. Bahkan, ketika di muara ataupun di danau, mereka tetap setia menunggu. Menunggu datangnya panas matahari, yang suatu saat nanti panas bersama angin itu akan membawa mereka ke puncak-puncak gunung, menjadi awan, dan menurunkan hujan. Setelah jatuh ke bumi sebagian dari mereka menghijaukan rumput, sebagian yang lain ditampung ke dalam sumur-sumur, dan sebagian sisanya akan kembali ke laut. Adakah sesuatu yang sia-sia dari setiap tetes air yang kita temukan?
Seperti itulah masalah kawan. Bila kita menganggap masalah sebagai beban, kita mungkin akan menghindarinya. Jika kita menganggap masalah sebagai halangan, tentu kita juga akan menghindar. Namun, jika masalah itu kita hadapi, kita bisa menjadi seperti air, yang pada akhirnya tetap mengalir dan bermanfaat meskipun harus melewati berbagai proses perjalanan yang menyulitkan
Yuk, mari belajar dari elang.
Hadiah terbesar yang diberikan oleh induknya kepada sang anak bukanlah serpihan-serpihan makanan. Bukan pula dekapan hangat saat anaknya kedinginan dimalam hari.
Tetapi, hadiah terbesarnya adalah ketika induknya melempar anak-anaknya ke daratan dari tempat yang tinggi. Agar mereka belajar terbang dan mencari makanan sendiri. Supaya mereka lebih siap menghadapi tantangan hidup yang lebih beragam.
Wallahu a'lam
(Zulkifli, 2016)
0 Komentar
Admin berhak sepenuhnya menyaring komentar yang akan ditampilkan. Berkomentarlah secara bijak dan cerdas.