Ketika Kau Lelah di Jalan Dakwah
2/15/2016
(Note to myself)
Kawan, sudah lelahkah kau atas perjuangan ini?
Kawan, sudah lelahkah kau atas perjuangan ini?
Mungkinkah jadwal dakwah yang padat itu membuatmu lemah?
Atau kau tak pernah punya waktu istirahat di akhir pekan, karena harus terus
bergerak dan berdakwah?
Atau pusingnya fikiranmu mempersiapkan acara-acara dakwah yang
membuatmu ingin terpejam?
Atau panasnya aspal jalanan saat kau melakukan aksi yang
ingin membuatmu “istirahat sejenak”?
Atau sulitnya mencari orang yang ingin kau ajak hijrah ini
yang kau risaukan?
Atau karena seringnya kehidupan sekitar kita meminta
infak-infakmu yang membuatmu ingin menjauh?
Dakwah kita hari ini hanya sebatas ‘itu’ saja kawan. Bukan ingin melemahkan tapi izinkan saya mengajakmu merenung
sejenak..
Kawan, tahukah engkau siapa Umar bin Abdul Azis?
Tubuhnya hancur dalam rangka dua tahun masa memimpinnya.
Hanya dua tahun kawan, dua tahun memimpin tubuhnya yang perkasa
bisa rontok, kemudian sakit lalu syahid... Sulit membayangkan sekeras apa sang
khalifah bekerja… Tapi salah satu pencapainya adalah;
- saat itu umat kebingungan siapa yang harus diberi zakat…
- tak ada lagi orang miskin yang layak diberi infaq…
Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta.
Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.
Sampai pikiranmu.
Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu.
Tapi Syekh Musthafa Masyhur mengatakan
“Jalan dakwah ini adalah jalan yang panjang tapi adalah
jalan yang paling aman untuk mencapai ridho-Nya.”
Ya kawan, jalan ini yang akan menuntun kita kepada
ridho-Nya.
Jika Allah sudah ridho..
Apalagi yang kita risaukan?
Saat Allah ridho, semuanya akan jauh lebih indah, karena surga
akan mudah kita rasa. Insya Allah:)
Rasulullah saja begitu berat dakwahnya.
Harus bertentangan dengan banyak kabilah dari keluarga
besarnya..
Mush'ab bin Umair harus rela meninggalkan ibunya.
Suhaib harus rela meninggalkan seluruh yang dia kumpulkan di
Mekkah untuk hijrah.
Asma' binti Abu Bakar rela menaiki tebing yang terjal dalam
kondisi hamil untuk mengantarkan makanan kepada ayahnya dan Rasulullah.
Hanzholah segera menyambut seruan jihad saat bermalam
pertama dengan istrinya.
Ka'ab bin Malik menolak dengan tegas suaka Raja Ghassan saat
ia dikucilkan.
Bilal, Ammar, keluarga Yasir. Mereka kenyang dengan
siksaan dari para kafir Quraisy.
Abu Dzar habis dipukuli karena meneriakkan kalimat tauhid di
pasar.
Ali mampu berlari 400 KM guna berhijrah di gurun hanya
sendirian.
Utsman rela menginfakkan 3000 unta penuh makanan untuk
perang Tabuk.
Abu Bakar hanya meninggalkan Allah dan Rasul-Nya untuk
keluarganya.
Umar nekat berhijrah secara terang terangan.
Huzaifah berani mengambil tantangan untuk menjadi intel di
kandang musuh.
Thalhah siap menjadi pagar hidup Rasul di Uhud, hingga 70
tombak mengenai tubuhnya.
Al Khansa' merelakan anak-anaknya yang masih muda untuk
berjihad.
Nusaibah yang walaupun dia wanita tapi tak takut turun ke
medan perang.
Khadijah sang cintanya rasul siap memberikan seluruh harta
dan jiwanya untuk islam, siap menenangkan sang suami di kala susah.. benar-benar model istri shalihah
Atau mari kita bicara tentang
📌 Musa. Mulutnya
gagap tapi dakwahnya tak pernah pudar.
Ummatnya adalah seburuk-buruknya ummat, tapi proses menyeru tak
pernah berhenti.
📌 Nuh, 950 tahun menyeru
hanya mendapat pengikut beberapa orang saja, bahkan
anaknya tak mengimaninya.
📌 Ibrahim yang dibakar
Namrud,
📌 Syu’aib yang menderita
sakit berkepanjangan tapi tetap
menyeru.
📌 Yunus, berdakwah
selama 33 tahun, hanya 2 orang yg menyambut seruannya.
📌 Yahya,
yg dibunuh dengan cara disembelih oleh kaumnya.
📌 Zakaria juga digergaji
tubuhnya.
📌 Ismail yang rela
disembelih ayahnya karena ini perintah Allah.
Deretan sejarah di atas adalah sebaik-baiknya guru dalam
kehidupan kita.
Sekarang, beranikah kita masih menyombongkan diri bersama
jalan dakwah yang kita lakukan saat
ini?
Mengatakan lelah padahal belum banyak melakukan apa
apa. Bahkan terkadang, kita datang menyeru dengan keterpaksaan, berat hati kita,
terkadang menolak amanah.
Wallahu a'lam
0 Komentar
Admin berhak sepenuhnya menyaring komentar yang akan ditampilkan. Berkomentarlah secara bijak dan cerdas.