Ingin kembali? Jawabanku tegas dan bulat. Tidak. Aku tak akan lagi memberi kesempatan terhadap kesalahan yang sama terjadi berulang kali. Sudah cukup kurasa, penyesalan itu begitu pedih dan selalu datang di akhir.
Tapi tetap saja, bayangan kenangan itu selalu menghantui setiap hari, aku tak tahu harus berbuat apa. Jika disuruh memaksa untuk melupa, itu mustahil. Ibarat hati seperti kanvas, sedangkan kenangan itu bagaikan tinta. Semakin berusaha menghapus tinta yang sudah terlukis di atas kanvas, maka yang terjadi kanvas itu akan semakin rusak. Jadi, aku lebih memilih untuk membiarkan kenangan itu terlintas, bermain-main di pikiranku, lalu membuatku menangis sejadi-jadinya, kemudian perlahan hatiku akan membaik. Meskipun besoknya siklus itu terjadi berulang kali.